Melayani Bukan Untuk Dilayani

MELAYANI BUKAN UNTUK DILAYANI (Markus 10:35-45). 10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Saudara yang kekasih….

Di zaman sekarang ini, manusia selalu berusaha untuk mendapatkan kuasa, jabatan dan kedudukan. Tetapi persoalan sekarang ada orang yang berjuang untuk mendapatkan kedudukan dengan hal-hal yang tidak benar, dengan menghalalkan segala cara, seperti cara nepotisme, dimana ia berusaha mendapatan kedudukan karena ada keluarga atau kerabat yang mempunyai jabatan tinggi atau kepala dinas, ia berharap dengan pejabat tinggi boleh memasukkan pekerjaan yang layak, di salah satu instansi (kantor). Kehidupan untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi dengan cara

Dalam melayani banyak dasar pemikiran. Ada yang tulus. Ada yang hanya karena ada keinginan – ABS (Asal Bapak/Bos Senang), padahal dalam hatinya tidak. Termasuk dalam hal menjamu orang makan, kadang melayani tidak tulus (morete-rete mano naha wiga).

Meskipun demikian biasanya orang tidak mau melayani, justru lebih senang dilayani. Itu sebabnya orang juga mencari tempat rekreasi, restoran, bank yang memberi pelayanan yang baik. Itu juga sebabnya perusahaan-perusahaan di dunia berpacu untuk memberikan pelayanan yang terbaik, agar dapat memperoleh keuntungan yang besar. Bahkan pelayanan antar-sampai-di-tempat (delivery service) untuk usaha restoran atau bank, sudah menjadi praktik yang lazim dijalankan.

Saudara yang kekasih,
Namun, renungan hari ini memberikan satu warna tersendiri bagaimana Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk saling melayani. Melayani  menurut Yesus adalah dari Yunani ““diakonein”, (pelayanan meja), memberi diri menjadi berkat bagi orang lain. Mis. Yesus membasuh kaki. Sekarang ini dalam tugas Gereja dikenal dengan istilah diakonia.

Firman ini tidak lepas dari konteksnya mulai dari ayat 35-37 ketika Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” 

Saya rasa kadang-kadang ini juga permintaan kita kepada Yesus. Kita ingin menjadi yang terdepan, dilayani orang lain bukan untuk melayani
Namun Yesus memiliki jawaban tersendiri, yakni jika ingin mendapat kemuliaan maka kita melayani dulu dengan sungguh, sama seperti Dia melayani umat manusia. Dia lahir mengambil rupa sebagai manusia. Dia melayani orang yang punya keluh kesah..bahkan dia rela mati di kayu salib.


Saudara yang kekasih
Apa yang kita lakukan dalam melayani Yesus sehingga kita dapat duduk dalam kemuliaan-Nya kelak sesuai dengan Firman Tuhan hari ini?
Pertama, memberi diri. Tentu tugas pertama kita dalam melayani adalah meberi diri. Tidak mungkin orang mau melayani, namun tidak mau memberi diri. Saya teringat dalam pelayanan gereja ada majelis yang melayani namun tidak memberi diri. Dia menganggap jabatan itu adalah kekuasaaan. 

Demikian juga dalam organisasi (kepanitiaan) ada nama tapi tidak memberi diri. Yesus dalam pelayanan memberi diri dengan sungguh-sungguh.
Kedua, melayani dengan hati. Ada sebuah lagu rohani “Hati Sbagai Hamba”. Artinya dia memberi diri melayani dengan hati yang sungguh-sungguh bahkan melupakan jabatan yang diembannya, status sosialnya untuk melayani Tuhan. Yesus juga meninggalkan jabatan ke-Allah-an-Nya dan mengambil rupa sebagai seorang hamba (manusia) dalam melayani (Filipi 2:5-11).

“Saya jadi teringat dengan salah seorang majelis di salah satu gereja yang pernah saya layani. Jika kebaktian minggu, penetua ini sudah datang terlebih dahulu dari seluruh penetua yang lain. Namun bukan untuk menyambut jemaat, melainkan untuk duduk di kursi yang paling depan. Dari tempat duduknya di depan, dia menganggukkan kepala kepada setiap jemaat yang baru datang”. 

Ketiga, seturut dengan kehendak Bapa di Sorga. Dalam melayani bukan kehendak diri kita yang dikedepankan, namun kehendak Tuhan sendiri. Dalam Yohanes 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
Bagaimana dengan kita sekarang?

Sering sekali dalam pelayanan gereja, istilah melayani lebih dititikberatkan kepada pelayanan diakonia. “Itu kan urusan diakonia”. Pelayanan dipahami hanya dalam kerangka menolong orang yang susah (janda, yatim piatu, dll). Padahal pelayanan adalah bagian dari kehidupan kita yang mesti siap kita lakukan setiap saat, setiap waktu, setiap tempat dan keadaan. Persoalan yang muncul adalah apakah kita mau melayani dengan hati atau melayani dengan akal dan kekuatan kita?.
Melayani Bukan Untuk Dilayani Melayani Bukan Untuk Dilayani Reviewed by Eduard Kause on 8:44 PM Rating: 5
Powered by Blogger.